Kumpulan cerita berdasarkan pewayangan

Halaman

Pusaka Jamus Kalimasada


Setelah acara penobatan Sang Hyang Manikmaya menjadi penguasa Tribuana , dan acara pernikahan Batara Ismaya juga sudah selesai , maka Sang Hyang Tunggal dan kedua istrinya pun muksa dan berpindah ke swarga sunyaruri , untuk sementara Sang Hyang Manikmaya didampingi kedua kakaknya dalam menata Kahyangan Suralaya sebelum  mereka berdua turun ke marca pada untuk menjalani hukumannya.

Sementara itu penghuni kahyangan Suralaya semakin lama semakin banyak dengan keberadaan para bidadara - bidadari , dan juga hapsara hapsari yang bertugas merawat Kahyangan Suralaya dan istana Jonggring Saloka , untuk itu maka dibuatkanlah beberapa kahyangan lagi yang pertama kahyangan untuk Batara dan Batari , dibawahnya untuk Dewa - dewi , kemudian untuk bidadara - bidadari dan terakhir untuk hapsara- hapsari yang disebut juga kahyangan Suralaya, semua kahyangan itu adad dibawah Kahyangan Manik Maninten tapi diatas kahyangan Setra Ganda Layu. Dan karena para penghuni setra ganda layu sering naik turun seenaknya , maka di Kahyangan Suralaya dibuatkanlah pintu gerbang Sela Matangkep .

Walaupun Sang Hyang Antaga dan Sang Hyang Ismaya sudah ikhlas dengan penobatan Sang Hyang Manikmaya sebagai penguasa Tribuana Loka , namun Sang Hyang Manikmaya masih belum tenang , ini dikarenakan sebenarnya masih ada Sang Hyang Rudra , anak sulung Sang Hyang Wenang dari Batari Darmani yang juga berhak atas jabatan tersebut, walaupun tidak ada tanda tanda Sang Hyang Rudra menginginkan jabatan penguasa Tribuana Loka , tapi keberadaan Sang Hyang Rudra tetap menjadi beban pikiran , karena semua sudah tahu bahwa Sang Hyang Rudra keras hati , cepat marah dan mudah diprovokatori.

Ketakutan itu cukup beralasan karena Pusaka Jamus Kalimasada yang dititipkan Sang Hyang Tunggal kepada Sang Hyang Rudra belum juga diserahkan ke Sang Hyang Manikmaya, padahal pusaka Jamus Kalimasada itu merukaman pusaka yang membawa kewibawaan dan menjadi hak bagi para penguasa Kahyangan sebelumnya. Akan tetapi untuk memintanya sendiri Sang Hyang Manikmaya tidak mempunyai keberanian , karena kesaktian Sang hyang Rudra ada diatas kesaktiannya , kecuali jika Sang Hyang Antaga dan Sang Hyang Ismaya mau membantunya . Tidak ada cara lain selain mengadu domba kakak kakaknya , karena jika meminta bantuan baik baik pasti kedua kakaknya itu tidak mau membantu karena mereka sangat menghormati dan menyayangi Sang Hyang Rudra .

Dihadapan Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga ia menceritakan kegelisahan hatinya, yaitu keberadaan kahyangan Keling yang telah dianggap akan menandingi kahyangan Suralaya. Sang Hyang Manikmaya juga menghasut kedua saudaranya, bahwa Sang Hyang Rancasan berkeinginan merebut Suralaya dan ingin menjadi raja Tribuana. Selain itu, Hyang Manikmaya bercerita juga tentang sebuah pusaka yang konon dikeramatkan oleh leluhur mereka. Pusaka yang sangat luar biasa, tidak tertandingi oleh pusaka-pusaka lainnya di jagat pramuditya, pusaka Jamuslayang Kalimasada.
Menurut Hyang Manikmaya, Jamuslayang Kalimasada sebenarnya diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur mereka, tapi kemudian oleh ayahanda mereka dititipkan kepada putra Hyang Rancasan sebagai puytra yang tersulung sebelum ayahanda mereka melakukan tapa brata dan terdampar di negeri Samudralaya. Menurut Sang Hyang Manikmaya pusaka tersebut bukanlah dianugerahkan atau diwariskan kepada Hyang Rancasan, sifatnya hanya ditipkan untuk sementara waktu.

Awalnya Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga tidak terpancing oleh pengaduan Sang Hyang Manikmaya, namun karena kecerdikan Sang Hyang Manikmaya dalam menghasut, maka Sang Hyang Ismaya dan Sang Hyang Antaga pada akhirnya berubah pikiran setelah mendengar kisah pusaka Jamuslayang Kalimasada. Mereka lalu sepakat untuk bertandang ke kahyangan Keling (negeri Selong) guna meminta kembali pusaka Kalimasada yang dianggap telah ditipkan ayah mereka kepada kakak sulungnya.


Setibanya di kahyangan Keling, Sang Hyang Ismaya, Sang Hyang Antaga dan Sang Hyang Manikmaya langsung menghadap kakak sulungnya. Sang Hyang Rudra / Sang Hyang Rancasan yang bergelar Sang Hyang Dewa Esa menyambut baik kedatangan ketiga adiknya itu, mereka lalu terlibat pembicaraan.


Dalam percakapan selanjutnya diantara mereka, Sang Hyang Manikmaya meminta pusaka Jamuslayang Kalimasada dengan alasan untuk disemayamkan di Jonggring Salaka sebagai pusaka kadewatan, karena dirinya telah dinobatkan menjadi raja Tribuana di Suralaya. Dengan halus Sang Hyang Rancasan menolak, ia menganggap pusaka itu adalah amanat leluhur yang harus ia jaga & dipertanggung jawabkan amanatnya. Sang Hyang Manikmaya menuduh sulungnya telah melawan keputusan ayahanda mereka yang telah menobatkan dirinya sebagai raja Tribuana. Perbincangan berganti dengan perdebatan, dan akhirnya Sang Hyang Manikmaya menantang Sang Hyang Rancasan untuk mengadu kesaktian. Perang tanding pun tidak terelakan lagi diantara mereka.

Bumi gonjang-ganjing, marcapada kembali diguncang oleh nafsu angkara murka putra-putra Sang Hyang Tunggal. Gunung-gunung menggelegar mengeluarkan laharnya, bukit-bukit longsor bermuragan. Perang tanding terjadi antara Hyng Manikmaya dengan Hyang Rancasan. Keduanya saling mengadu kedigjayaan dan saling memamerkan aji-aji kesaktian. Namun dalam perang tanding itu, terlihat Sang Hyang Rancasan lebih unggul dibandingkan Sang Hyang Manikmaya. Beberapa kesaktian dan pusaka-pusaka kadewatan milik Manikmaya tidak mampu menghadapi kesaktian dan kedigjayaan Sang Hyang Rancasan. Saat Sang Hyang Manikmaya bertiwikrama menjadi berhala sewu, Hyang Rancasan tidak kalah hebat, ia bertiwikrama lebih besar dari raksasa jelmaan Hyang Manikmaya. Begitu seterusnya, setiap Manikmaya masuk ke dalam perut bumi, Hyang Rancasan ada dibelakangnya. Dan setiap Manikmaya berdirgantara di angkasa, Rancasan pun selalu ada di belakangnya. Manikmaya keteteran menghadapi kesaktian Hyang Rancasan, maka Sang Hyang Antaga dan Sang Hyang Ismaya segera terjun ke palagan yuda demi membantu Manikmaya, keduanya langsung menerjang Sang Hyang Rancasan. Mereka menyerang secara serempak dari segala penjuru, ada yang menyerang dari arah depan saling berhadapan, ada yang menyerang dari belakang, dari angkasa dan dari bawah bumi.

Perang kejayaan diantara mereka menggemparkan marcapada. Terjadi hujan badai, angin prahara, halilintar dan kobaran api yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan gaib mereka hingga menghancurkan kahyangan Keling dan meluluh lantakan bumi Selong. Dan hingga pada akhirnya, Sang Hyang Rancasan pun dapat dikalahkan , Pusaka Jamus Kalimasada pun diberikan kepada Sang Hyang Manikmaya , dan Sang Hyang Rudra pun pergi meninggalkan Kahyangan Keling menuju ke Marcapada , disana dia mendirikan Kerajaaan Gilingaya , tetapi sebelum pergi 
Sang Hyang Rancasan yang tidak menerima perlakuan saudara-saudaranya. Ia mengancam, kelak disuatu hari akan menuntut balas atas perbuatan mereka. Ia akan selalu membayang-bayangi kekuasan Manikmaya dan akan selalu mengikuti langkah Ismaya juga Antaga di marcapada. Ketiganya tertegun mendengar ancaman dari ruh Hyang Rancasan. Kesadaran dan penyesalan selalu berada diakhir kisah setelah semuanya terjadi, terlebih lagi perbuatan mereka telah mengusik ketenangan Sang Hyang Tunggal di swargaloka sunyaruri. Sang Hyang Tunggal dalam wujud suara tanpa rupa mengutuk perbuatan Manikmaya yang telah menghasut kedua saudaranya hingga menyerang  kakak sulung mereka. Kelak Hyang Manikmaya akan menerima karmanya, yaitu kakinya akan menjadi kecil sebelah dan lemah, maka dengan begitu ia akan mendapat julukan sebagai Sang Hyang Lengin. Giginya akan bertaring sebesar buah randu dan dinamakan Sang Hyang Randuana. Tangannya akan bertambah menjadi empat dan akan mendapat nama Syiwa, dan yang terakhir dalam perjalanannya nanti tubuhnya akan terbakar oleh racun ganas sehingga menjadi biru, maka namanya pun bertambah menjadi Sang Hyang Nilakanta.

Sang Hyang Manikmaya tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya pasrah menerima kutukan dari ayandanya, begitu juga dengan Sang Hyang Ismaya dan Antaga. Perihal pusaka yang diperebutkan itu kini telah diambil kembali oleh Sang Hyang Tunggal dan pada saatnya nanti pusaka itu akan diwariskan kepada para kesatria marcapada yang sanggup mengembannya, Jamuslayang Kalimasada.

0 Comments:

Posting Komentar